Label

Kamis, 05 Juli 2012

Membentuk Kepribadian yang Sportif


Salah satu ciri bahwa ada sikap sportif dalam diri kita adalah mengakui prestasi orang lain. Sekalipun orang lain itu adalah lawan dalam pertandingan. Sikap seperti itu agak sulit diterapkan, mengingat akan terkait langsung dengan emosi. Namun, sebagai seorang pramuka tidak ada alasan kalau mentalitas kita tetap buta untuk mengamati prestasi orang lain. Apalagi kalau jelas-jelas prestasi itu terbukti secara nyata. Dengan bahasa yang lebih singkat, sportif berarti bersikap sehat menghargai orang lain.
Memberi hadiah atau penghargaan adalah sikap mulia. Tentu, selama tidak disertai maksud menghinakan atau mencemoohkan. Sikap ini, sebenarnya sudah ada pada setiap dada manusia. Karenanya, apabila kita telah memberi sesuatu kepada teman sebaya umpama, tentu akan ada kepuasan tersendiri.
Selain ada kepuasan batin, bila kita telah memberikan penghargaan juga berdampak psikologis amat kuat dalam interaksi manusia. Terlebih, kalau orang yang dihargai itu merasa bahagia juga, akan terbentuk pada akhirnya pribadi-pribadi yang saling menghargai. Inilah kepribadian luhur bangsa kita yang mesti dilanggengkan eksistensinya.


Gerakan Pramuka, seperti sudah maklum bersama, adalah wadah pembinaan anak-anak dan remaja Indonesia yang ingin membentuk watak dan kepribadian mereka supaya hidupnya selaras dan sejalan dengan tuntutan manusia yang pancasilais sejati. Pancasilais sejati, dalam koridor pemahaman kita adalah mereka yang berbudi pekerti luhur, baik wataknya dan mampu menempatkan diri sebagai makhluk Tuhan, anggota bermasyarakat dan sebagai warga negara.
Dalam pembinaan anak dan remaja, terkadang apa yang dilakukan oleh seorang pembina melenceng dari sasaran. Terjebak pada verbalisme simbolik dan wujud fisikal semata. Dengan kata lain, hanya mengarah pada pembentukan keterampilan dan penampilan, melupakan sisi lain yang justru lebih strategis dan mundel tentang faktor hakikat hidup yang juga turut membentuk totalitas kepribadian anak dan remaja, bahkan jauh lebih menentukan seluruh aspek kehidupannya. Yakni, aspek mentalitas dan kepribadian yang utuh.
Aspek mentalitas, atau mentaliteit meminjam istilah Kuntjaraningrat, ahli Antropologi Indonesia, dimaksudkan untuk menggiring totalitas kehidupan menjadi berguna di masa depan. Termasuk proses itu sendiri. Atau, pada akhirnya, menjadikan sosok anak yang lengkap, baik wawasan, keterampilan maupun kerpibadiannya.
Bahwa semua perangkat kegiatan dalam pembinaan kepramukaan adalah hanya sebagai mean (alat) untuk mencapai sebuah target pembentukan kepribadian: sikap sehat (terutama mentalitas), jujur dan arif pada setiap diri pramuka. Dengan demikian, Pembina dituntut untuk menerjemahkan tujuan ke dalam bentuk mean agar target tetap tercapai dengan efektif, dan suguhannya juga menarik bagi anak didik.
Makna Sportif, Support dan Kejujuran
Sport asalnya berarti olah raga. Tapi pada perisitilahan sekarang ini sportifitas sebagai bentuk berikutnya dari kata sport itu mengalami perubahan arti menjadi kejujuran. Transformasi makna tersebut adalah sebagai buah dari hakikat olah raga untuk mencapai sehat. Sehat memiliki kedekatan arti dengan kejujuran. Jujur adalah mutiara hidup yang amat berharga. Hampir semua kehormatan manusia ditentukan oleh kejujuran. Arti jujur di sini bukan berarti jujur yang polos dan bloon. Tapi jujur yang sebenarnya, yang memegang kaidah kehidupan beragama, bermasyarakat dan bernegara. Artinya, secara normatif masuk pada terminasi jujur.

Support asalnya bermakna dukungan dan sokongan. Keduanya –dukungan dan sokongan— ini mengarah pada cara-cara yang sehat. Kemudian pada definisi kekinian, support menjadi padanan dari kata kejujuran. Dalam kajian peristilahan, jujur (honest) adalah menempatkan sesuatu dalam konteks yang seharusnya. Kalau demikian, suatu hubungan yang melibatkan diri kita dengan orang lain dikatakan benar, apabila menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, sikap hidup sehat dan menyokong keduanya. Artinya menghilangkan aspek manipulasi, apalagi rekayasa yang disengaja untuk menguntungkan pihak tertentu saja. Salah satu contoh kegiatan yang dapat ditawarkan kepada anak didik yang akan menguji kejujuran mereka adalah acara tukar kado.
Acara tukar kado adalah sebuah kegiatan yang akan sangat mungkin peserta melakukan kecurangan. Tapi di sisi lain, justru menjadi sebuah peluang yang akan memperlihatkan bagaimana karakter anak: apakah jujur atau curang?
Praktik acara tukar kado seperti sering kita lihat sangat efektif diterapkan. Murah, karena menggunakan potensi “kemurahan hati” anak. Bisa dilakukan kapan saja, tidak mengikat dan menuntut waktu khusus. Mengembangkan kreativitas anak, karena curahan gagasan untuk mengkemas kado akan terlihat betul. Sikap menghargai teman juga kental dalam kegiatan yang menerapkan pola saling memberi dan saling menerima ini.
Bagaimana Cara Mensportifkan Anak?
Tindakan sportif akan selalu dibenarkan di mana saja. Sikap mental ini perlu terus dipupuk dan dikembangkan dalam rangka mencetak generasi muda masa depan yang benar-benar bisa diunggulkan. Unggul dalam arti berimplikasi pada pembentukan motivasi diri yang kuat untuk belajar dari keberhasilan orang lain.
Untuk menanamkan dan memupuk sportifitas anak didik, seyogianya pembina tidak segan-segan untuk selalu mengingatkan mereka. Usaha mengingatkan anak didik bisa dikemas dalam bentuk kegiatan saling menghargai. Umpama, pembuatan dan pemberian kado antar sesama teman dalam sebuah kegiatan kepramukaan itu dengan kriteria tertentu. Secara teknis, bisa menyampaikan kriteria dengan kiat-kiat sebagai berikut:
• Bungkus kado dengan sampul yang wajar dan sederhana, dalam rangka menanamkan kebersamaan bagi semua peserta, umpama kertas koran, kertas berwarna atau kertas sampul kado standar;
• Pilih dan buatkan corak pemberian bungkus yang menarik, wajar dan nyeni (memiliki nuansa seni) sesuai kreativitas anak didik; untuk meneliti tingkat daya seni dan kreasi anak;
• Ketentuan harga minimal barang yang dihadiahkan. Ini dimaksudkan untuk mengantisipasi rasa iri dan cemburu antar mereka, bila salah seorang temannya beruntung mendapat hadiah yang istimewa (mahal).
• Pilihlah jenis barang yang amat berguna bagi orang lain; dimaksudkan untuk mengamati tenggang rasa antar sesama temannya;
• Berikanlah pesan pada kado pemberiannya. Hal itu akan menimbulkan kesan mendalam bagi si penerima agar jalinan persahabatan dan persaudaraan tetap hangat;
• Dan sejumlah kreasi lain yang dianggap perlu serta mungkin diterapkan oleh pembina;
Demikian beberapa kiat praktis. Di samping itu, pembina juga ada baiknya selalu memberi sekedar arahan yang sifatnya umum untuk semua kegiatan hadiah-menghadiahi. Adapun di antara nilai-nilai pembinaan sewaktu memberikan arahan itu di antaranya adalah:
Penanaman rasa jujur, dengan mengingatkan anak didik, bahwa jujur berarti jujur bagi diri sendiri. Sebaliknya, bila kita curang, maka yang paling pertama merasakan akibat yang akan menimpanya adalah diri kita. Seandainya dia berbuat curang kepada orang lain. Dialah yang pertama diancam oleh kecurangan itu. Kalau belum terbukti, suatu ketika waktu akan membuktikannya.
Penanaman rasa jujur dengan kebersamaan, bahwa orang lain sesungguhnya adalah bagian dari diri kita. Bagian dari sistem yang kita bentuk di masyarakat. Bila kita berbuat keteledoran dan kejanggalan juga merugikan kita sendiri.
Penanaman rasa jujur, dengan menyatakan dalam diri mereka serta dengan itikad kuat bahwa melakukan kejujuran adalah sebuah penegakan keadilan dan merupakan pengamalan dari sebuah supreme sistem kehidupan yang benar-benar murni menjunjung tinggi keadilan.
Penanaman rasa jujur, dengan merasakan bahwa sebuah kejujuran adalah sikap optimis yang akan memenangkan persaingan pada setiap zaman kapanpun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar